Senin, 21 Februari 2011

Rasulullah, Sang Manusia Terbaik (2)

Keistimewaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sesungguhnya Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan Nabi lainnya. Diantaranya adalah :

  • Beliau adalah Khalilullah (kekasih Allah) selian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Rasulullah bersabda, “Sungguh aku memohon pada Allah akan memilih aku di antara kalian sebagai kekasih Allah. Maka Allah Ta’ala memilihku sebagai Khalil (kekasih-Nya) sebagaimana Allah menjadikan Ibrahim juga kekasih-Nya. Seandainya aku memilih di antara umatku seorang kekasih, maka aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasihku” (HR. Muslim)

Al Khalil adalah derajat kecintaan paling tinggi dan inilah tingkatan yang paling sempurna. Maka ada pelajaran yang dapat kita petik dari sini. Banyak kaum muslimin yang menggelari beliau dengan Habibullah, yang benar adalah Khalilullah dengan 2 alasan, pertama karena Al Khalil derajat kecintaannya lebih tinggi dari Al Habib karena Al Khalil adalah tingkatan yang paling sempurna dalam derajat kecintaan, dan yang kedua karena gelar habibullah tidak terdapat dalam hadits, tidak seperti khalilullah yang terdapat dalam hadits di atas.
  • Beliau memiliki kedudukan yang terpuji (Al Maqom Al Mahmudah)

Yakni syafa’at Al ‘Uzhma, yakni syafa’at yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Allah datang untuk menyelesaikan urusan diantara sesama hamba. Allah berfirman,

عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (QS. Al Israa : 79)

  • .Beliau diutus untuk bangsa jin dan manusia seluruhnya

Allah berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua” (QS. Al A’rof : 158)

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)." Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan” (QS. Al Ahqaaf : 29)
  • Al Qur’an turun kepada Beliau yang merupakan mu’jizat terbesar yang Allah jamin kemurniaannya sampai akhir zaman

Allah berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr : 9)
  • Beliau adalah penutup para nabi dan tidak ada lagi nabi sesudahnya

Allah berfirman,

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi” (QS. Al Ahzab : 33)
  • Beliau melakukan israa’ ke Baitul Maqdis dan mi’raj ke langit, ke Sidratul Muntaha

Allah berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Israa’ : 1)
Itulah sebagian keistimewaan Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kewajiban Mencintai Nabi Lebih Dari Diri Sendiri dan Manusia Seluruhnya

Ketahuilah saudaraku – semoga Allah merahmatiku dan kalian semua- sesungguhnya mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bagian dari keimanan. Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan wajibnya mencintai Beliau melebihi cintanya pada diri sendiri, orang tua, anak, kerabat, harta, dan manusia seluruhnya.

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
“Dulu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Lalu Umar berkata, “Ya Rasulallah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri”.
 Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri”
Kemudian Umar berkata, “Sekarang, demi Allah! Sungguh, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”
Kemudian Nabi berkata, “Sekarang, wahai Umar (kamu telah mengetahuinya)”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, sehingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam dengan ancaman yang keras bagi seseorang yang menjadikan ayah, ibu, anak, saudara, atau harta lebih ia cintai daripada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. At Taubah : 24)

Buah Mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Saudaraku –semoga Allah menjagaku dan menjaga kalian semua- tidak ada yang didapatkan dari mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali kebahagiaan di dunia dan akhirat. Orang yang mencintai Nabi dengan sesungguhnya akan merasakan manisnya iman, manisnya menjadi seorang muslim di tengah dunia yang seperti ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar. Amiin.
  • Mencintai Nabi merupakan sebab mendapatkan manisnya iman

Rasulullah bersabda, “Tiga hal yang apabila seorang memilikinya, maka akan mendapatkan manisnya iman; orang yang menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah dan orang yang benci pada kekafiran setelah Allah selamatkan darinya sebagaimana benci dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari)

Yang dimaksudkan dengan “manisnya iman” adalah merasakan kelezatan melakukan ketaatan, bersabar dan merasa nikmat dalam beragama, dan yang demikian juga berpengaruh pada perihal keduniaan.
  • Mencintai Nabi akan menjadikan seseorang bersama beliau di akhirat.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Seorang penduduk badui menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat terjadi?”
Beliau menjawab: “Apa yang telah kamu persiapkan untuknya?”
Ia menjawab: “Aku tidak memiliki persiapan kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Maka Rasulullah bersabda: “Sungguh kamu bersama orang yang kamu cintai”.
Lalu kami berkata: “Demikian juga kami?”
Beliau menjawab: “Ya”. Maka kamipun pada hari itu sangat berbahagia.

Dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan:
Anas berkata: “Sungguh aku mencintai Allah, RasulNya, Abu Bakar dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka.” [HR. Al Bukhari dan Muslim]
  • Mencintai Nabi akan memperoleh kesempurnaan iman

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, sehingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesempurnaan iman ini hanya akan diperoleh dengan menaati dan tunduk patuh, tanpa ada keraguan sedikitpun. Allah berfirman,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa’ : 65)

Karakteristik Orang Yang Mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Saudaraku –semoga Allah membimbing kita untuk taat pada-Nya- seorang yang mengaku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah cukup hanya dengan mengucapkannya semata tanpa menjalankan konsekusensinya. Tidaklah cukup ucapan semata tanpa disertai perbuatan. Akan tetapi, orang yang mencintai Nabi adalah orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • Mendahulukan Nabi di atas semua orang (telah lewat haditsnya)
  • Membenarkan segala yang disampaikan Nabi

Hal itu dikarenakan bahwa Nabi tidaklah mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya. Allah berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An Najm : 3-4)

Lihatlah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang membenarkan apa yang Rasulullah sampaikan walaupun tampaknya tidak masuk akal. Dan karena hal itu, ia digelari sebagai Ash Shiddiq dan ia menjadi shahabat yang paling utama di sisi Rasulullah.
  • Beradab di sisi Rasulullah

Di antara adab kepada beliau adalah bershalawat kepada beliau. Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56)

Dan hendaknya shalawat ini jangan hanya dilakukan seminggu sekali atau setahun sekali saja, tapi lakukanlah sebisa mungkin terlebih pada waktu-waktu yang memang dianjurkan untuk bershalawat kepada beliau.
  • Mengikuti dan menaati beliau dan berpegang pada petunjuknya

Allah berfirman,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS. An Nisaa : 80)

Rasulullah bersabda, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang teguhlah erat-erat dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham. Hati-hatilah dengan perkara baru (yakni dalam agama-ed), sebab setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, hadits hasan shahih)
  • Berhukum dengan sunnah Nabi

Telah lewat dalilnya yakni surat An Nisaa’ ayat 65
  • Membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah berfirman,

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al Hasyr : 8)
Membela Rasulullah mengharuskan beberapa hal, diantaranya:
a.       Membela shahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum
Rasulullah bersabda, “Janganlah mencaci maki salah seorang shahabatku! Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka itu tidak menyamai satu mud (yang diinfakkan) salah seorang mereka (shahabat) dan tidak pula separuhnya (dari satu mud)” (HR. Muslim)
b.      Membela istri-istri Nabi radhiyallahu ‘anhunna
Termasuk membela Nabi adalah membela kehormatan istri-istri beliau, ummahatul mukminin (ibunda kaum mukminin). Terlebih lagi Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang Allah Ta’ala menurunkan beberapa ayat dari atas langit  hanya untuk membela kehormatan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ayat yang dikenal ayatul ifki ini terdapat dalam surat An Nur ayat 11-20.
  • Membela sunnah Nabi

Termasuk membela sunnah Nabi adalah dengan memelihara, melestarikan, dan membantah orang-orang yang melecehkan sunnah yang shahih dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Menyebarkan sunnah Nabi

Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat” (HR. Bukhari)

Ada faedah penting dari hadits ini, bahwasanya Rasulullah bersabda “عنّي “ atau “dariku”. Maka ini menunjukkan setiap orang yang mau berdakwah hendaklah ia memastikan bahwa yang ia sampaikan memang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah, bukan dari hasil karang-karangannya sendiri, misalnya ia mengajarkan 1 ayat, maka hendaknya tafsiran ayat tersebut tidak memakai tafsir yang dikarang sendiri. Hendaknya merujuk pada sunnah Nabi, pemahaman shahabat dan ulama yang terpercaya karena terdapat ancaman serius bagi orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.

Insya Allah bersambung ke bagian terkahir tulisan ini, yakni masa-masa akhir kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar