Minggu, 13 Februari 2011

ISLAM dan VALENTINE’S DAY

Kasih sayang, frase ini sering bahkan sangat sering kita dengar ketika sudah memasuki bulan Februari. Nuansa merah jambu yang begitu akrab menemani kemanapun kita pergi, seolah-olah berubah menjadi warna favorit masyarakat kebanyakan. Produsen-produsen coklat akan sangat gembira karena produk mereka akan sangat laris di pasaran, dari harga yang murah hingga harga yang sebanding dengan uang saku anak kos selama dua bulan pun tak akan tersisa. Ok, valentine’s day, beberapa kalimat deskripsi di atas digunakan untuk memperjelas suasana valentine’s day yang memang sudah hampir menjadi budaya dunia. Hampir seluruh negara di bumi ini sudah akrab dengan valentine’s day, tidak terkecuali dengan negeri ini.
Seprti ini asala mula hari Valentine. Santo Valentinus, seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke III yang pada saat itu dipimpin oleh kaisar Claudius. Kaisar Claudius merupakan pemimpin yang memiliki ambisi besar dalam kekuasaan, sehingga pada zaman itu semua pria dipaksa untuk bergabung dalam  militer kerajaan. Namun sayangnya, ambisi ini tidak ‘diamini’ oleh rakyat Roma, para pria enggan terlibat dalam peperangan karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Hal ini membuat Claudius marah besar dan klimaksnya ia melarang adanya pernikahan di negerinya, sungguh keputusan yang penuh arogansi dan tentunya tidak masuk akal. St. Valentino yang pada saat itu menjadi pendeta dan biasa menikahi pasangan pun menolak untuk melaksanakan perintah kaisar Claudio. Dengan demikian, St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan. Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.

Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.

Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta. Itulah sekelumit kisah St. Valentine yang pada akhirnya dijadikan sebagai hari kasih sayang. Sebenarnya, kisah ini tidak dapat diasosiasikan dengan cinta romantis ( secara,, St. Valentine kan cuma menjalankan tugasnya dia sebagai pendeta pada saat itu), sampai pada akhirnya pada abad pertengahan, konsep-konsep semacam ini diciptakan. Tentunya memang ada maksud tertentu diciptakannya konsep-konsep seperti ini, namun kita tidak akan membahas itu lebih jauh. Oke, lalu bagaimana Islam memandang hari valentine? Atau lebih sederhananya bagaimana sih Islam mengajarkan kasih sayang kepada umatnya?. Kalau berbicara tentang akhlak, tentu figur yang satu ini akan selalu dijadikan sebagai referensi, kalu cuma St. Valentine sih gak ada seujung kukunya, yap, Nabi Muhammad SAW. Manusia yang telah mengguncangkan dunia ini dengan akhlaknya yang agung. Masih ingatkah  kisah saat Nabi Muhammad SAW memberikan makanan setiap harinya kepada seorang Yahudi buta yang tidak henti-hentinya menghina Nabi? ,  masih ingatkah kita ketika Nabi meminta  istinya, ‘Aisyah. Ra,  mengaduk secangkir susu hangat Nabi dengan lidah ‘Aisyah ra, kemudian beliau mengatakan bahwa seketika secangkir susu hangat tersebut langsung terasa manis melebihi manisnya madu (romantisnya..). Kedua contoh itu adalah sebagian kecil dari akhlak  mulia Nabi yang dilandasi dengan rasa kasih sayang. Tidak hanya kepada istri-istrinya, namun kasih sayang beliau untuk semua umatnya. Hingga saat ajalnya,  beliau tidak rela umatnya merasakan betapa sakitnya ketika ruh dicabut oleh Izroil, kemudian beliau meminta agar sebagian besar rasa sakit itu dirasakannya sendiri agar nanti umatnya tidak merasakan sakit yang berlebih. Inilah bentuk kasih sayang yang sesuaidengan jalan fitrah seorang manusiadan ini contoh yang terbaik dalam mengamalkan rasa kasih sayang itu, dibalut dengan keagungan akhlak dan kesucian hati, bukan  kasih sayang yang dilandasi syahwat dan menjadi pemenuh nafsu sesaat. Pesan  menebar cinta kasih pun begitu jelas tercatat dalam Alqur’an :
"Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang"
“Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan."
( Al-Balad 17-18)
Kemudian Nabi menjelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari :
"Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang berkasih sayang"
 Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi kasih sayang. Dalam kehidupan di dunia, Islam selalu mengajarkan umatnya hidup berdampingan dengan kasih sayang. Islam tidak memiliki hari-hari yang merayakan kasih sayang karena setiap harinya akan selalu dihiasi oleh indahnya kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam bukanlah kasih sayang yang bersifat temporary, perayaan sesaat, namun kasih sayang yang terus digunakan untuk menjalani kehidupan di dunia. Rasanya, sudah sangat banyak perilaku yang dicontohkan Nabi untuk memberikan kasih sayang kepada sesama manusia maupun makhluk ciptaan Alloh lainnya. Namun mengapa kita masih mangagungkan budaya perayaan valentine dalam mengejewantahkan rasa kasih sayang kita?, dalam bentuk apa pun. Tentu  ini menjadi koreksi kita bersama apakah budaya barat yang penuh dengan rekayasa itu sudah mengambil alih posisi sunnah Nabi yang mur ni. Nabi sudah mentindir keras umatnya yang berperilaku menyerupai sautu kaum maka ia akan termasuk dalam kaum itu, ini dia redaksinya :

“ Barangsiapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia akan termasuk golongan mereka”
(HR : Abu Hurairah Ra, Abdullah bin ‘Umar Ra,  Hudzaifah bin Al-Yamaan Ra)
Oke, mungkin sudah cukup jelas kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa Valentine’s day bukanlah hari yang dapat diasosiasikan sebagai hari kasih sayang karena dari kisah St. Valentine yang juga tidak memiliki relasi yang cukup kuat tentang kasih sayang itu sendiri (ini secara logika loh..),  kemudian dari sudut pandang agama Islam kita dilarang untuk menjadi umat yang ‘ikut-ikutan’ (sesuai dengan hadist Rasul) karena tentunya Alloh lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.
So, Proud to be a muslim!
Allahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar