Kasih sayang, frase ini sering bahkan sangat sering kita dengar ketika sudah memasuki bulan Februari. Nuansa merah jambu yang begitu akrab menemani kemanapun kita pergi, seolah-olah berubah menjadi warna favorit masyarakat kebanyakan. Produsen-produsen coklat akan sangat gembira karena produk mereka akan sangat laris di pasaran, dari harga yang murah hingga harga yang sebanding dengan uang saku anak kos selama dua bulan pun tak akan tersisa. Ok, valentine’s day, beberapa kalimat deskripsi di atas digunakan untuk memperjelas suasana valentine’s day yang memang sudah hampir menjadi budaya dunia. Hampir seluruh negara di bumi ini sudah akrab dengan valentine’s day, tidak terkecuali dengan negeri ini.
Seprti ini asala mula hari Valentine. Santo Valentinus, seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke III yang pada saat itu dipimpin oleh kaisar Claudius. Kaisar Claudius merupakan pemimpin yang memiliki ambisi besar dalam kekuasaan, sehingga pada zaman itu semua pria dipaksa untuk bergabung dalam militer kerajaan. Namun sayangnya, ambisi ini tidak ‘diamini’ oleh rakyat Roma, para pria enggan terlibat dalam peperangan karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Hal ini membuat Claudius marah besar dan klimaksnya ia melarang adanya pernikahan di negerinya, sungguh keputusan yang penuh arogansi dan tentunya tidak masuk akal. St. Valentino yang pada saat itu menjadi pendeta dan biasa menikahi pasangan pun menolak untuk melaksanakan perintah kaisar Claudio. Dengan demikian, St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan. Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.